Kanal

Topik Mingguan Oleh : Zainal Arifin, Pimprus PT Media Kesatuan Bangsa (Riauperistiwa.com & Lineperistiwa.com)

 
 
Dumai (Lineperistiwa.com) - Membaca pemberitaan sebuah media online yang berisi narasi tentang oknum Wartawan mem-back up tempat-tempat Gelanggang Permainan (Gelper) di kawasan Bagan Besar dan Bukit Kapur membuat kita terenyuh membacanya. Kenapa tidak yang katanya Wartawan dalam tulisan ini dan kita sebut oknum, tanpa tendeng aling-aling namanya langsung ditulis tanpa inisial oleh media online bersangkutan, yang jika kita baca sepintas mirip dengan nama salah satu media Nasional.
 
Kita tidak membahas Objek yang di permasalahkan oleh media tersebut yaitu oknum Wartawan membeking tempat permainan Gelper dan juga Mafia Bahan Bakar Minyak (BBM). Inti permasalahan yang menjadi perhatian adalah Subjek atau si oknum Wartawan yang namanya tertera dengan jelas dalam narasi pada tulisan tersebut, tentu ini sebuah keniscayaan.
 
Bahkan bukan hanya nama oknum Wartawan, media yang menaunginya ikut juga disebut, (JAP) inisial yang cocok untuk oknum Wartawan tersebut di tuding menjanjikan akan memberi jatah tiap bulanuya. Tentu diduga tujuannya untuk menyuap media, ternyata apa yang dikatakan JAP menurut penulis berita tersebut omong kosong seperti yang dirilis, bahkan ia di labeli sebagai pembohong. Akibatnya JAP pun di rekomendasikan agar ditangkap oleh pihak Polres Dumai bahkan sampai ke Kapolda agar ditindak dan diproses sesuai hukum, karena membeking Gelper sebagaimana kutipan berita.
 
Polemik adanya awak media memberitakan rekan sejawat, notabene beritanya dapat menjejaskan pribadi si Wartawan dan profesi Wartawan secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sebuah penomena langka dalam dunia Jurnalistik. Apalagi pada pemberitaan itu dengan jelas menyatakan yang bersangkutan telah melakukan perbuatan menyalah yaitu mem back up tempat Gelper dan mafia BBM, tanpa mengkedepankan kata dugaan atau sangkaan dengan menerapkan azas praduga tak bersalah sebagaimana penafsiran;
 
- Menguji informasi berarti, melakukan check dan recheck tentang kebenaran informasi.
 
- Berimbang adalah, memberikan ruang dan waktu pemberitaan kepada pihak-pihak terkait secara proporsional.
 
- Opini yang menghakimi adalah, pendapat pribadi wartawan, dalam hal ini berbeda dengan opini lnterpretatip yaitu, berupa lnterpretasi wartawan atas fakta.
 
- Azas praduga tak bersalah adalah, prinsip tidak menghakimi seseorang.
 
Jika di telaah berita yang menjadi perhatian penulis dan merujuk sebuah pepatah sepertinya kata yang tepat "Jeruk makan jeruk" Karena itu kita harus bisa mencermati apa makna terkandung dalam uraian di atas, sebagaimana edaran yang di keluarkan Dewan Pers, agar jangan dampak pemberitaan bisa mendatangkan konsekuensi hukum terhadap si pembuat berita dan juga image negatif terhadap oknum yang diberitakan, terpulang siapa dia dan apa profesinya yang jelas ia punya hak untuk itu sebelum berita rilis dan si penulis berkewajiban memberikannya sesuai Kode Etik Jurnalistik (KEJ).
 
Sesama insan pers kita hanya merasa prihatin dengan kondisi yang ada, fungsi dan peran pers sepertinya terjadi pengeseran, namun tentu tidak secara menyeluruh, hanya di beberapa bagian dan perlu digaris bawahi juga, hal itu hanya dilakukan oleh segelintir oknum. Kembali kepada pokok persoalan di atas yaitu awak media memberitakan rekan se-profesi dengan memvonis melakukan perbuatan tidak elok harus disikapi secepatnya oleh kedua belah pihak, tentunya dengan versi mereka masing-masing.
 
Apakah si oknum Wartawan yang di beritakan menjawab tudingan melalui medianya atau menempuh jalur hukum jika merasa dirugikan, dampak dari pemberitaan tersebut. Atau malah sebaliknya si pembuat berita tidak hanya berharap pihak Kepolisian untuk menangkap oknum Wartawan, tetapi membuat sebuah laporam resmi, karena siapapun boleh melaporkan jika melihat ada tindakan pidana terjadi siapapun pelakunya bukan hanya Wartawan, tentu harus disertai dengan bukti-bukti autentik.  
 
Karena jika pemberitaan tersebut tidak ada titik penyelesaian bisa menjadi bola liar dan isu-isu tidak jelas yang dapat dipastikan suka atau tidak, berdampak Negatif terhadap kolega yang lain. Karena penulis sendiri telah mendengar lentingan beberapa pihak mengaitkan persoalan tersebut dengan rekan-rekan Wartawan yang lain. Meski hanya sebatas isu, dan tidak diketahui asal muasalnya namun bagaimanapun isu tersebut pasti berdampak Negatif, suka atau tidak suka.
 
Kita berharap kedepannya tidak ada lagi kejadian serupa terjadi, soliditas sesama insan pers harus terus dirawat dan terpupuk dengan baik. Jangan ada narasi saling menjatuhkan dan saling menghujat, sekali lagi bak kata pepatah lawas menyatakan "Seperti menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri" Maknailah pepatah tersebut, tentu jika kita sebagai insan pers tidaklah sukar memaknainya kandungan yang ada dalam pepatah tersebut.
 
Akhir kata tulisan ini tidak bermaksud memperkeruh suasana, tidak tidak juga ada niatan agar tidak di pandang sebelah mata, apalagi ada tendensi lain, murni hanya berlandaskan kecintaan terhadap sesama kita yang secara kebetulan memiliki profesi serupa sebagai insan pers, atau ada yang mengatakan kita kuli tinta, toh jika tidak kita menghargai profesi kita siapa lagi, jika tidak rekan sejawat yang mendukung siapa lagi. Namun seyogyanya oknum Wartawan yang terang-terangan dinyatatakan mem-back up harus melakukan upaya pembelaan apalagi jika tuduhan itu tidak dapat di buktikan secara fakta, sehingga preseden buruk tidak terulang kembali.***(LPC)
Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER