'Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia',
Peraih Nobel Perdamaian 1993 Nelson Mandela
Oleh : Syafriwan Nst
MATA Tarmizi dan istrinya Darmi tak kuasa menahan haru. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan di Sungai Rokan tak mampu menahan butiran bening sebening kaca menetes di pelupuknya.
Air mata itu tumpah menyusul kabar terbilang spesial bahwa putri kedua mereka, Nuraini, mendapat beasiswa full dari Universitas Pertamina melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Ya, beasiswa yang diterima meliputi pembebasan biaya Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) yang dipungut di awal kuliah, pembebasan biaya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) atau uang kuliah per semester hingga lulus.
Kemudian, pembebasan biaya daftar ulang, bantuan biaya hidup berupa uang saku hingga asrama atau pemondokan serta biaya program pengembangan kapasitas dan Aksi Sobat Bumi. Belum lagi besarnya jaminan kerja bakal diperolehnya usai menamatkan kuliah.
Fist (antara/ho PHR) Tarmizi, ayah Nuaraini salah seorang dari 10 siswa berprestasi di Provinsi Riau penerima beasiswa PT PHR sehari-hari berprofesi menjadi nelayan di Sungai Rokan. Melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) keterbatasan ekonomi tidak menjadi penghalang seseorang untuk maju dan mengenyam pendidikan tinggi. Tekad dan semangat akhirnya mengalahkan semuanya.
Yang terang keberuntungan ini diperolehnya bukan bak sekedar durian runtuh. Namun jauh dari itu, ada keringat, air mata, pengorbanan waktu. Paling tidak dia bersama 9 siswa terbaik Provinsi Riau harus bersaing dengan 1786 pelajar lainnya untuk mendapatkan tiket program beasiswa yang dibuka PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) begitulah gambaran ketatnya persaingan yang dilaluinya.
Sebelumnya, Direktur Utama PT PHR Chalid Said Salim mengapresiasi tingginya minat putra-putri Riau untuk mengikuti seleksi penerimaan beasiswa PT PHR.
Said menegaskan bahwa beasiswa ini wujud komitmen Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PHR serta kepedulian perusahaan itu untuk memajukan pendisikan Riau plus memenuhi poin SDG’s ke-4 yakni pendidikan berkualitas
Oleh karena itu mereka patut bangga karena telah terpilih dari persaingan begitu ketat di setiap tahapan, mengingat pendaftarnya merupakan siswa-siswi berprestasi di sekolah yang ada di 10 kabupaten dan 2 kota di Provinsi Riau.
Sebagai gambaran betapa ketatnya persaingan untuk meraih ‘pintu emas’ bagi masa depan yang lebih baik itu hingga batas akhir pendaftaran, Kamis (6/4/23), sebanyak 1.786 pelajar telah mendaftarkan diri mengikuti program beasiswa prestasi S-1 ini.
Untuk menyeleksi 1786 pelajar sehingga menjadi 10 orang yang mengikuti program itu panitia melakukan sejumlah seleksi berlangsung ketat dan terbuka.
Untuk seleksi administrasi misalnya, lanjut Rudi, dilakukan s/d Kamis . Untuk yang satu ini, dilakukan dengan sistem perangkingan berdasarkan dua parameter penilaian akademik dan non akademik.
F ist Untuk meringankan beban orang tua, Nuraini salah seorang dari 10 siswa penerima bea siswa S1 dari PT PHR memberi les kepada murid SD. Ini dilakukannya usai pulang sekolah. Jasa dari memberikan les digunakannya untuk mengembangkan dirinya berupa ikut Bimbingan Belajar (Bimbel), lomba-lomba dan keperluan sekolah lainnya.
Penilaian akademik ditarik dari nilai rapor yang diinput dari semester satu sampai semester lima. Tidak hanya penilaian akademik. Penilaian atas prestasi non akademik pun dilakukan berdasarkan skoring pada tahapan verifikasi dan validasi sertifikat.
Berikut dilanjutkan dengan verifikasi dan validasi dokumen yakni nilai rapor diinput dalam sistem aplikasi beasiswa. Lalu kartu keluarga yang berdomisili di Riau, KTP dan sertifikat akademik dan non akademik.
Pada tahapan ini telah diperoleh 105 orang ranking teratas secara total atau 15 orang per kabupaten yang diundang pada tahapan Tes Potensi Akademik (TPA). Tidak berhenti sampai disitu, Selasa misalnya, digelar Tes Potensi Akademik (TPA) untuk mengevaluasi bakat dan kemampuan peserta dalam bidang akademik atau ilmu pengetahuan. Materi penilaian TPA terdiri dari 45 soal yang terdiri dari aspek: tes verbal, tes numerik, tes logika, tes aritmatika dan tes parsial.
Selanjutnya hasil penilaian TPA ini diinput dalam sistem aplikasi beasiswa oleh panitia. Hasil penilaian akan diranking dan menentukan 49 orang peserta yang lolos masuk ke tahap wawancara.
F ist Untuk menjadi 10 terbaik sebanyak 1786 siswa terbaik di lima kabupaten dan dua kota di Riau calon penerima beasiswa PT PHR dan Pertamina Foundation harus bersaing mengikuti serangkaian tes terbilang ketat dan menguras kemampuan akademis maupun non akademis.
Sementara untuk seleksi wawancara dilaksanakan secara tatap muka di Hotel Aryaduta Pekanbaru selama dua hari. Tes wawancara melibatkan perwakilan Dinas Pendidikan Riau, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Pertamina Foundation (PF) dan Universitas Pertamina (Uper).
Lalu materi penilaian apa saja ditahapan tes wawancara? menerangkan seleksi ini meliputi visi masa depan siswa, di mana pewawancara mengeksporasi mengenai visi atau cita-cita masa depan calon penerima beasiswa.
Peserta yang dapat menyampaikan visi dan cita-cita dengan baik dan terukur akan mendapat nilai tertinggi. Kemudian prestasi akademik maka pada tahapan ini, pewawancara mengeksplorasi nilai rata-rata keseluruhan mata pelajaran pada rapor sekolah semester satu hingga semester lima. Peserta diminta untuk menunjukkan bukti dokumen hasil penilaian atau rapor sekolah.
Lalu prestasi non akademik dengan mengeksplorasi pencapaian prestasi non akademik tertinggi yang pernah dicapai peserta. Keaktifan berorganisasi dan kemampuan beradaptasi.
f ist Sepuluh siswa terbaik Riau peraih beasiswa full dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan foto bersama. Raihan mereka menjadi inspirasi bagi generasi milenial Bumi Lancang Kuning agar belajar sungguh-sungguh. Selain mendapatkan fasilitas serba gratis masa depan terbilang cemerlang sudah menanti mereka.
Tak sampai disitu usai tes wawancara sebanyak lima orang yang lolos dari masing-masing kabupaten akan melanjutkan tahap berikutnya yakni Diskusi Grup Terarah (FGD). Penentuan lima orang tersebut berdasarkan rangking nilai tertinggi dalam cluster kabupaten.
Pada seleksi tahap FGD, masing-masing peserta diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat atas isu atau topik dari fasilitator. Peserta juga dapat menyatakan sanggahan ataupun setuju atas pendapat peserta lainnya dengan memperhatikan tata cara penyampaian yang logis, berdasar dan sopan.
Diskusi peserta berlangsung alot. Para peserta mampu mengeluarkan pendapat dan pemikiran-pemikiran cerdasnya dalam menyikapi suatu isu yang diajukan tim.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melaksanakan program magang Kerja Praktik dan Tugas Akhir atau KP/TA bagi mahasiswa terbaik Riau. Sebanyak 190 mahasiswa asal Riau terpilih mengikuti program magang KP/TA angkatan (batch) ke dua tahun 2024 di PHR Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Lantas siapa yang menentukan jurusan di universitas itu? Ya penerima beasiswa diberi kebebasan untuk memilih jurusan sesuai minat dan bakatnya masing-masing.
Bagi Tarmizi –mungkin bagi jutaan orang tua di negeri ini- memiliki anak cerdas belum jadi jaminan untuk memperoleh pendidikan yang mumpuni dan moncer. Ya, semua itu apalagi kalau bukan karena tidak ada atau belum mempunyai kesempatan bagi mereka. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika orang bijak mengatakan bahwa jangan sia-siakan kesempatan karena hanya datang satu sekali.
Wajar saja Tarmizi, isteri dan anak mereka menangis. Betapa tidak? Ditengah mahalnya biaya pendidikan di Perguruan Tinggi (PT) apakah di negeri terlebih swasta membuat anak-anak penerus bangsa dari kalangan ekonomi menengah ke bawah akan berpikir ulang untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Alih-alih tak jarang mereka harus mengubur dalam-dalam sepotong mimpi karena tidak bertepi.
Selain biaya semester yang mereka pikirkan maka buku, perlengkapan kuliah dan sebagainya juga perlu dikalkulasi. Repotnya jika mereka kuliah di luar kota maka pengeluaran akan membengkak karena biaya pemondokan saja harus merogoh kocek dalam-dalam. Ini belum termasuk uang saku per hari dan sebagainya.Ya, bagi sebagian warga di negeri yang terletak di zamrut khatulistiwa ini melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi bagi putra-putri mereka mungkin bak kata pepatah bagai pungguk merindukan bulan.
Ya, mereka paham dan sadar bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memberikan manfaat berkelanjutan dan mengangkat harkat martabat, status sosial bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Namun apa daya terkadang tak jarang masalah ekonomi membuat seoarang anak yang memiliki potensi seperti bunga yang layu sebelum berkembang.
Jalan Terjal
Untuk mendapatkan satu dari sepuluh tiket beasiswa itu tidaklah semuda membalikan telapak tangan. Paling tidak itu dialami Aini –panggilan akrab Nuraini, red-.
Ya, untuk memenuhi sebagian keperluan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) remaja belasan tahun itu mengajarkan Septi yang masih duduk di kelas III SD disalah satu rumah yang berlokasi di Jalan Sejahtera, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis,
Lain waktu remaja kelahiran 6 Maret 2005 di Desa Sintong, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau ini memberi les privat kepada Niza murid kelas IV di lokasi yang sama yang tak jauh dari kediaman Aini. Ya dua murid itu tidak lain tetangga jirannya.
Nyaris 5 hari dalam sepekan Aini memberi les kepada dua anak didiknya itu. Waktu pelajaran dimulai sekitar pukul 17.30 WIB seusai dirinya mengakhiri aktivitas sekolah di SMUN 8 Mandau sekitar pukul 17.00 Wib.
Tidak seperti remaja seusianya seusai pulang sekolah dia tidak beristirahat sekedar berselancar di dunia maya, di media sosial (Medsos), misalnya. Selanjutnya Aini mengganti baju berganti peran menjadi guru les dan berakhir sekira pukul 20.00 WIB.
Apakah Aini tidak ingin menikmati masa remaja lazimnya remaja putri kebanyakan , seperti mendatangi pusat pertokoan atau membicarakan mode apa yang lagi trend atau viral, misalnya?
Ya, tentu hal itu manusiawi. Namun bagi dia bagaimana dirinya bisa menyiapkan masa depan yang lebih baik. Aini pun memegang kata-kata bijak bahwa yang bisa mengubah nasib adalah diri sendiri.
Kepada awak medi , dari aktivitas memberi les itu, setiap bulan Aini menerima uang Rp100 ribu per anak total uang yang diperoleh guru remaja itu Rp200 ribu –mungkin- untuk banyak orang jumlahnya tidak seberapa. Namun baginya sangat bernilai. Paling tidak dari jerih payah keringatnya itu dia bisa mengikuti Bimbingan Belajar (Bimbel), membayar uang pendaftaran untuk mengikuti berbagai lomba dan keperluan sekolah lainnya notabene itu semua untuk meningkatkan kemampuan dirinya.
Kendati usianya relatif terbilang muda. Namun Aini harus cermat dan pandai menyiasati waktu yang ada. Sebelum menuju pembaringan, misalnya, terlebih dahulu remaja periang ini menyelesaikan tugas sekolah termasuk belajar layaknya pelajar lainnya di tanah air.
Ya, memberi les itu dilakukanya untuk mengurangi beban orang tuanya. Maklum, Tarmizi (46) ayah Aini sehari-hari berprofesi menjadi nelayan di Sungai Rokan.
Lazimnya kehidupan para nelayan di tanah air apakah di laut atau di darat penghasilannya pun tidak bisa diterka. Terkadang mereka bisa tersenyum saat pulang ke rumah dengan memanggul ikan hasil tangkapan atau membawa sejumlah lembaran rupiah. Lain waktu tak jarang pulang dengan tangan hampa. Ya, tergantung peruntungan.
Tidak hanya peruntungan semata. Namun kondisi Tarmizi setakat ini mulai sakit-sakitan. Maklum, sedari muda ayah dari empat anak ini berjibaku dengan deras dan dinginnya air Sungai Rokan.
Sebagai nelayan Tarmizi pun berangkat sore pulang pagi mencari udang, ikan baung dan sebagainya. Namun terkadang tidak pergi, karena pria paruh baya itu sudah mulai sakit-sakitan. Sementara ibunda hanya di rumah, mengurus rumah tangga.
Perjuangannya untuk mendapatkan beasiswa PT PHR tersebut terbilang tidak mudah. Sejak sekolah, Aini sudah terbiasa jauh dari keluarga dan sudah mengukir prestasi.
Dipilihnya menuntut ilmu di Kota Duri, Kecamatan Mandau bukan tanpa alasan. Ya, karena kediaman neneknya tercinta tidak jauh dari SMU 8 Mandau.
Aini mendapat informasi program beasiswa PT PHR dari whatsapp Grup (WAG) sekolahnya. Para guru pun menyarankan agar dia mengikuti pendaftaran program pendidikan gratis tersebut.
Semangat pantang menyerah untuk terus mengembangkan diri berbuah manis. Selain menyabet predikat terbaik satu, dia pernah meraih juara tiga olimpiade kimia nasional.
Ya, didalam hati anak kedua dari pasangan Tarmizi dan Darmi telah tertancap tekad mengenyam pendidikan di jenjang perguruan tinggi tanpa membebani orang tua. Sebuah tekad yang serasanya sulit didapat ditengah kehidupan remaja milenial saat ini.
Menjelang bangku kelas XII berakhir Aini terus mendaftar disejumlah perguruan tinggi termasuk yang menyediakan fasilitas beasiswa.
Namanya juga hidup keberhasilan dan kegagalan adalah pernak-penik yang membuat semuanya indah. Begitupula yang dirasakan Aini terkadang diterima. Akan tetapi adapula yang ditolak. Kendati harus memenuhi beberapa persyaratan. Yang menjadi perhatian utama tentu biaya pemondokan, keperluan sehari-hari juga dipikirkannya.
Entah garis tangan atau dewi fortuna sedang menaunginya? Di tengah kegalauannya untuk melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi dia bersama 9 teman lainnya, dari Riau mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan studi ke jenjang sarjana Strata 1 (S1).
Aini bercita-cita ingin sekali melanjutkan kuliah untuk mewujudkan mimpi jadi kimiawan, namun terkadang dia sempat ragu terlebih melihat kondisi ekonomi keluarga.
Itupula yang membuat Aini dan kedua orang tuanya tidak mampu menahan tangis saat kabar gembira menghampiri mereka bahwa dia dinyatakan berhak mendapatkan beasiswa penuh dari PT PHR.
Ya, mereka sangat bersyukur bisa mendapatkan beasiswa PT PHR. Ini sangat membantu karena beasiswanya full sampai lulus, jadi orang tuanya tidak terbebani biaya. Ya, kebahagian itupula yang mereka tidak mampu membendung butiran bening sebening embun jatuh di pipi.
Ternayata kisah mengharu birukan tidak hanya datang dari Aini, tapi Aulia Rizqo remaja tamatan SMA Negeri 1 Rambah, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) memiliki cerita tersendiri.
Ini bermula saat dia akan tes potensi akademik (TPA). Persoalannya bukan masalah siap atau tidaknya remaja itu untuk mengikuti kegiatan itu. Akan tetapi terkendala gara-gara dirinya tidak memiliki laptop.
Lantas mati akalkah dia dengan kondisi itu? Dengan membuang jauh-jauh rasa segan, sungkan, malu dan sebagainya dia pun meminjam perangkat komputer itu.
Dia berpendapat bahwa kesempatan tidak akan pernah datang dua kali. Oleh karena itu, apapun aral melintang siap dihadangnya. Ya, akhirnya remaja itu harus meminjam kesana-sini agar bisa ikut tes TPA.
Tidak hanya meminjam laptop, ketika dinyatakan lulus tes TPA, dan Aulia harus mengikuti tahapan selanjutnya yakni proses wawancara tatap muka di Pekanbaru. Nah, disini kembali muncul kendala lainnya. Ini karena rumahnya di Rambah, Kabupaten Rohul cukup jauh dari kota bertuah, Pekanbaru, ibu kota provinsi.
Alih-alih orang tuanya harus cari pinjaman mobil agar saya bisa ikut tes wawancara, kalau menggunakan mobil umum takut ada kendala di jalan dan sebagainya.
Kendati kendala antara satu dengan lainnya menghadangnya tidak membuat semangatnya kendur apalagi patah arang untuk bersaing dengan 1.786 peserta lainnya. Sebaliknya melecut tekatnya untuk memberikan terbaik bagi keluarga, lingkungan dan daerah.
Tak jauh berbeda dengan Aini, dia bahagia dan terharu sekali. Bahkan sang ibunda sempat menangis saat diberi tahu. Akhirnya perjuangan panjang tercapai.
Sebagai tanda sukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME) Ibunda tercinta pun membuat acara syukuran mengundang karib kerabat ke rumah memenuhi nazar.
Semangat membara pantang menyerah juga dimiliki delapan putra-putri terbaik Riau dalam bentuk lain. Paling tidak, ketika remaja seusia mereka sibuk dengan kegiatan yang kurang produktif maka mereka berjibaku dengan pelajaran, aktivitas ekstra kulikuler termasuk memberi les privat dan kesibukan yang tujuannya membangun dan membangkitkan potensi diri.
Kisah Aini, Aulia dan lainnya dalam mewujudkan mimpi bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda Riau. Setidaknya kondisi ekonomi keluarga bukan menjadi penghalang untuk menggapai impian.
Ya, mereka pantas disebut petarung muda dari bumi lancang kuning. Bukankah orang bijak pernah berkata man jadda wa jadda bahwa usaha tidak akan pernah menghianati hasil?
Penasaran siapa 10 remaja Riau yang berprestasi dan beruntung memperoleh beasiswa itu? Berikut datanya.
1. Aliyah Nova Az-Zahra Nasution dari SMAN 1 Bangko Rokan Hilir yang menjadi mahasiswa Prodi Hubungan Internasional.
2. Aulia Rizqo dari SMA Negeri 1 Rambah Rokan Hilir yang menjadi mahasiswa Prodi Teknik Elektro.
3. Lovalya Putri dari SMAN 2 Mandau Bengkalis yang menjadi mahasiswa Prodi Teknik Kimia.
4. Muhammad Afyan Husnan Alza'far dari SMAN Plus Kampar yang menjadi mahasiswa Prodi Teknik Perminyakan.
5. M Arryan Naufal dari MAN Insan Cendekia Siak yang menjadi mahasiswa Prodi Manajemen.
6. Nasywa Nayifa Salsabila dari MAN Insan Cendekia Siak yang menjadi mahasiswa Prodi Ekonomi.
7. Nuraini dari SMAN 8 Mandau Bengkalis yang menjadi mahasiswa Prodi Kimia.
8. Raihan Putra Akbar dari SMAN 1 Dumai yang menjadi mahasiswa Prodi Ilmu Komputer.
9. Regitha Nur Azizah dari MA Negeri 1 Pekanbaru yang menjadi mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi.
10. Rendi Priyanto dari SMAN 2 Tanah Putih Rokan Hilir yang menjadi mahasiswa Prodi Teknik Perminyakan.
Inspiratif dan Memotivasi
Keberhasilan 10 putra-putri terbaik Riau memperoleh beasiswa prestasi dari PT PHR ternyata memicu sejumlah siswa di Riau terlebih di Kota Dumai untuk berpacu untuk belajar lebih giat mewujudkan mimpi mereka.
Wajar saja mereka terpacu. Siapa yang tidak ingin mendapatkan fasilitas serba gratis saat mengikuti kuliah, belum lagi uang saku. Tak hanya itu prestise tidak hanya melekat pada dirinya, keluarga? Akan tetapi ikut mengharumkan nama daerah. Belum lagi jaminan pekerjaan dimana saat rekan-rekan mereka menamatkan kuliah dipusingkan dengan pekerjaan. Ya, mereka akan dipekerjakan di perusahaan bonafid sekelas PT Pertamina (Pesero) termasuk anak perusahaan.
Ini pula yang mendorong Zahiratul Umayyah siswi kelas XII Sekolah Menengah Umum (SMU) 5 Kota Dumai belajar keras untuk bisa mendapatkan beasiswa di Universitas Pertamina yang disponsori PT PHR dan Pertamina Foundation.
Aliyah –panggilan akrab Zahiratul Umayyah- mengaku akan memanfaatkan peluang dan kesempatan serta waktu tersisa untuk belajar keras.
Ibarat sebuah pertempuran dia mahfum akan ‘medan perang’ yang bakal dihadapinya seperti mengikuti les dan sebagainya bagaimana rangkingnya meningkat.
Diakuinya motivasi itu terlecut tatkala membaca berita tentang 10 siswa terbaik asal Riau yang memperoleh beasiswa dari PT PHR yang bekerjasama dengan Pertamina Foundation
Setali tiga uang tidak hanya Aliyyah. Namun asa serupa juga digantungkan Nurhabiah Arinto siswi kelas XI sebuah SMK di Kota Dumai.
Biah –sapaan akrab Nurhabiah Arinto- mengatakan program beasiswa yang dimotori PT PHR menjadi asa terakhir baginya untuk mengenyam jenjang pendidikan lebih tinggi terlebih untuk jurusan yang diambilnya memiliki korelasi dengan inti bisnis dengan perusahaan yang berdiri 20 Desember 2018 itu.
Lebih lanjut Biah mengaku bahwa informasi seputar siswa yang mendapatkan beasiswa sangat menginspirasi dan memotivasinya.
Ya, karena ada orang tua penerima beasiswa itu berprofesi menjadi nelayan, supir dan sebagainya membuat rasa minder gadis itu hilang menyusul kondisi ekonomi keluarga yang bukan masuk ke kelas menengah atas.
Program beasiswa bagi lulusan sekolah di tujuh kabupaen/kota tempat beroerasinya PT PHR mengelola Blok Rokan yang meliputi Kabupaen Bengkalis, Siak, Rokan Hilir (Rohil), Rokan Hulu (Rohul), Kampar, Kota Pekanbaru dan Dumai ini juga memotivasi lingkungan penerima besiswa ini.
Ambil contoh Aini asal Desa Sintong, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rohil yang menamatkan sekolahnya di SMU 8, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis ini mengaku pasca menerima kuliah gratis di Universitas Pertamina menjadi pembicaraan hangat disekitar lingkungan rumahnya yang berhadapan langsung dengan Sungai Rokan.
Lalu apa yang dibicarakan para jiran menyusul prestasi membanggakan itu? Ya mereka minta kepada putra-putri mereka untuk belajar keras biar dapat beasiswa seperti Aini.
Aini pun bersyukur menjadi inspirasi bag-bagi anak di kampungnya sekaligus tantangan. Ya, sebuah prestasi yang rasa-rasanya sulit diraih bagi warga kebanyakan di daerah itu. Apalagi mayoritas mereka adalah nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil menangkap ikan di Sungai Rokan.
Tak jauh berbeda, kondisi serupa juga dialami M Arryan Naufal, misalnya, remaja yang menamatkan sekolah di MAN Insan Cendekia, Kecamatan Perawang, Kabuputen Siak ini juga menjadi motivasi bagi anak-anak yang berada dilingkungannya bahkan melecut mereka bahwa keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang seseorang untuk meraih mimipi.
Ya, siapa sangka anak seorang supir bisa menikmati pendidikan ditempat bergengsi dengan segala fasilitas gratis mulai pemondokan asrama hingga uang saku dan sebagainya. Wow keren…..
Sama dengan Aini, Naufal –panggilan akrab M Arryan Naufal- bersyukur tas keberhasilan yang diraihnya menjadi motivasi anak-anak sekitar lingkungan untuk belajar dengan baik. Bahkan dia berharap mereka lebih baik dari apa yang diperolehnya.
Sementara itu pemerhati pembangunan dan sosial kemasyarakatan Kota Dumai Syahrul Aidi menilai salah satu poin penting dari pemberian beasiswa kepada siswa berprestasi yang akan memotivasi remaja milenial lainnya untuk berlomba-lomba mengasah kemampuan akademis mereka dalam meraih masa depan yang lebih baik.
Dia menilai semangat untuk berkompetisi sehat dan berlom-lomba menuju kebaikan atau fastabiqul khairat perlu terus digelorakan pada generasi milennial. Karena dia menilai semangat berkompetisi untuk meningkatkan kemampuan diri mulai tergerus di kalangan generasi muda. Padahal di dunia luar sana kompetisi antara satu bangsa dengan bangsa lainnya sangat ketat.
Sedangkan untuk menguatkan dan memotivasi peraih beasiswa, Corporate Secretary PT PHR Rudi Ariffianto pun mewanti-wanti pelajar berprestasi apa yang diperoleh mereka adalah jembatan emas untuk mewujudkan mimpi mereka notabene manfaatkanlah kesempatan berharga ini untuk meningkatkan kualitas diri, menambah ilmu, relasi serta membanggakan keluarga dan daerah.
Tambah Kuota
Program beasiswa yang digulirkan PT PHR bekerjasama dengan Pertamina Foundation terlebih untuk jenjang Strata (S) 1 juga diapresiasi sejumlah kalangan di Provinsi Riau terlebih di Kota Dumai.
Mereka satu suara bahwa program tersebut sangat positif dalam kerangka meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Hanya saja ada masukan positif yang mereka suarakan. Diantaranya penambahan kuota atau jumlah peserta termasuk tidak sebatas kuliah di Universitas Pertamina tapi berlaku pemuda Riau yang memiliki jiwa entrepreneur. Disamping meningkatkan jumlah magang bagi mahasiswa dan sebagainya.
Salah satu dating dari ri Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) Kota Dumai Zulfan Ismaini SH.
Eksekutif muda ini mengharapkan bahwa jumlah beasiswa ditingkatkan menjadi 100 orang. Akan tetapi, Zulfan –panggilan akrab Ini Zulfan Ismaini SH- menjelaskan bahwa tambahan itu tidak semuanya untuk S1 di Universitas Pertamina (Uper).
Adapun komposisinya, sambung dia, 50 untuk melanjutkan studi ke universitas yang berada dibawah Pertamina Foundation.
Dengan adanya penambahan sekitar 50 orang Zulfan berpendapat dalam kurun 20 tahun ke depan (sesuai masa alih kelola Blok Rokan oleh PT PHR, red) maka akan lahir 1000 orang telenta SDM mumpuni asal Bumi Lancang Kuning.
Tidak hanya sekedar menguntungkan Riau, lanjut Zulfan, akan tetapi memberi nilai tambah bagi perusahaan mengingat visi Pertamina yakni “Menjadi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Kelas Dunia”.
Disatu sisi memberi keuntungan bagi daerah. Disisi lain sesuai visi Pertamina mereka anak-anak Riau ini bisa ke mancanegara sesuai dengan operasi Pertamina yang juga ada di luar negeri. Disamping menjaga kesinambungan berupa mutasi promosi di internal mereka.
Sedangkan kuota 50 lainnya diberikan kepada pemuda Riau yang memiliki jiwa entrepreneur apakah itu melalui jenjang pendidikan formal maupun informal.
Zulfan berharap dengan dukungan penuh PT PHR terhadap generasi muda Riau yang memiliki jiwa entrepreneur tinggi notabene mereka mampu membuka lapangan kerja baru di tengah sempitnya lapangan pekerjaan melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) diberbagai sektor yang mereka geluti.
Mimpi yang Bertepi
Dua putri asal Riau Bunga Fitri Sartika dan Tasya Ulfa Yusianda selain cerdas mereka juga terbilang beruntung. Ya, berhasil meraih program beasiswa prestasi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Jenjang S2 yang akan berkuliah di Amerika Serikat (AS).
Tentu rasa bahagia, senang, haru dan lain bercampur menjadi satu di hati mereka. Bunga, misalnya, merasa capaiannya ini merupakan mimpinya sejak dulu dan dia bertekad untuk membawa ilmu yang dia dapatkan di negeri Paman Sam itu kembali ke Bumi Lancang Kuning.
Tidaklah berlebihan jika Bunga berpendapat usai mendapat kabar sekitar Desember 2023 lalu dia salah satu putra-putri Riau mendapat beasiswa untuk jenjang Strata (S) 2. Ya, capaiannya itu seperti mimpi bertepi rasanya bisa sampai di tangga itu.
Bunga Fitri Sartika begitulah nama lengkap nama gadis cerdas dan beruntung itu. Dia laahir di Pekanbaru dan merupakan lulusan Sarjana (S1) Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Bunga mendapatkan beasiswa penuh dari PT PHR untuk studi jenjang magister (S2) di bidang Petrotech (perminyakan dan gas) di Texas A&M University, Amerika Serikat. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Deni Satria dan Lusi Gustina ini memilih untuk melanjutkan pendidikan magister di Texas A&M University dengan jurusan Master in Science Geology.
Penggemar berat mata pelajaran geografi ini mengaku tidak memiliki kerangka khusus dalam membangun cita-citanya. Namun dia menyadari, untuk menyisihkan lebih dari 180 lulusan S1 yang mendaftar dalam program ini tentu bukan sekadar keberuntungan, terlebih untuk mendapatkan program ini dia harus melewati proses seleksi dan syarat yang begitu ketat, sehingga dia menerapkan prinsip konsistensi dan fokus pada tujuannya.
Bak kata pribahasa “sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui” begitupula yang dialami Bunga menyusul program beasiswa yang dia proleh. Kok Bisa? Ya dirinya memang ingin mendalami dunia geologi, khususnya geologi minyak dan gas bumi. Dan untuk studi tingkat lanjut pasti tidak murah. Untuk itu, salah jalannya dia harus bisa mendapatkan beasiswa.
Bagi Bunga paling menggugah cara pandangnya terhadap masa depan, Bunga mengutip kalimat wanita pesohor favoritnya di bidang siniar dan televisi yakni Najwa Sihab. “Jadilah seorang pembaharu. Biar orang lain yang ikut meniru. Daripada harus mengikuti tren tanpa henti. Sebab hidup bisa habis tanpa diisi. Tentu kalimat yang sangat menginspirsi terlebih bagi generasi muda negeri ini.
Namun, tidak hanya sebatas kalimat Najwa Sihab. Akan tetapi yang juga paling berpengaruh dalam pola pikirnya adalah teladan yang diberikan sang ayah, yang merupakan seorang guru yang berhasil menyelesaikan jenjang doctoral dalam pendidikannya. Sebuah pesan sederhana dari sang ayah terngiang di ingatannya, bahwa pendidikan itu membentuk pola pikir menjadi lebih baik.
Bunga pun mengutip kalimat sang ayah; “Sekolahlah setinggi yang kamu sanggup. Karena dengan begitu, cakrawala berpikirmu menjadi lebih luas. Kamu berpotensi melihat peluang lebih besar atas apa yang kamu inginkan, dari titik itu.”.
Berbekal motivasi dari idola dan orang tuanya, Bunga selalu berusaha untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Bahkan ketika keluar rumah, Bunga selalu menetapkan target atas tujuannya. Termasuk ketika mendapatkan kesempatan magang di SKK Migas, Jakarta. Di kantor Lembaga yang bertanggung jawab mewakili negara dalam melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi itu, Bunga banyak belajar dan menyimak tantangan-tantangan di bidang hulu migas Indonesia.
Ketertarikan Bunga mengerucut pada ruang-ruang potensi pengembangan sumber daya manusia dunia Migas.
Lantas apa rencanya sekembali dari Amerika? Dia berniat mengabdi untuk dunia Migas Indonesia. Bahkan berjanji, akan kembali ke Riau untuk membangun tanah kelahirannya, Bumi Lancang Kuning.
Lain Bunga lain pula Tasya Ulfa Yusianda, mereka adalah dua orang putri Riau yang terbilang beruntung mendapatkan beasiswa S2 PT PHR ke luar negeri.
Ya, Tasya – panggilan akrab Tasya Ulfa Yusianda- peraih beasiswa prestasi S-2 akan menempuh pendidikan di Texas A&M University, Jurusan Master In Sciene Chemical Engineering di Amerika Serikat.
Adalah sangat wajar jika senyum Tasya merekah saat tahu dirinya menjadi salah satu penerima beasiswa prestasi PT PHR jenjang Magister (S2) yang akan diberangkatkan menempuh pendidikan di Amerika Serikat (AS). Tasya bahkan spontan berkata hal yang memang dia impikan sejak remaja ini harus tetap hidup dan siap untuk diwujudkan.
Tasya, putri kelahiran Pekanbaru ini merupakan lulusan sarjana (S1) Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI). Begitu mendapat informasi PT PHR bermitra dengan Pertamina Foundation (PF) membuka peluang beasiswa prestasi PT PHR Jenjang S2 khusus ‘anak’ Riau ini pada medio 2023 lalu, dia langsung mendaftar.
Tak jauh berbeda dengan siswi 1786 SMA/SMK se Riau yang mengikuti program beasiswa. Dia pun mengikuti berbagai proses yang harus dijalani, mulai dari seleksi administrasi, Tes Potensi Akademik (TPA), wawancara latar belakang peserta, dilanjut dengan mentoring dan coaching (pelatihan) dari pekerja PT PHR dan membuat proposal terkait gagasan soal minyak dan gas (Migas), hingga tahap akhir yakni presentasi konsep pemikirannya perihal Migas di depan para ahli.
Semua tahap itu dia lewati, meski harus bersaing dengan 185 putra-putri terbaik Riau lainnya. Dia pun patut bersyukur karena kabar baik datang, dan dirinya dinyatakan sebagai salah satu dari dua orang yang meraih beasiswa prestasi dari PT PHR.
Tasya mengaku dirinya memang bermimpi untuk bisa menjamah ilmu di luar negeri, terlebih di Negeri Paman Sam. Mimpi itu tumbuh dan dia rawat sejak remaja.
Mimpi itu berawal karena dia tumbuh kembang di provinsi penghasil minyak terbesar di Indonesia, tentu ada keinginan nantinya bisa belajar dan bekerja di bidang Migas notabene ingin berperan aktif dan menjadi profesional di bidang Migas.
Pengagum Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati ini paham betul, bahwa tak mudah mewujudkan mimpi tersebut.
Seperti pengakuan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Burhami Yusuf dan Wan Susi Yulianti ini, kondisinya menjadi terasa lebih sulit ketika ayah tercinta meninggal dunia.
Alih-alih dia harus mengupayakan sendiri apa yang menjadi mimpinya dan orang tua saya, dengan sekolah sebaik mungkin. Hanya itu dijalaninya, kenang Tasya seolah-olah terlempar ke masa lalu.
Tasya mulai membuktikan tekadnya. Ia menempuh pendidikan di SMA dengan program percepatan dan melanjutkan jenjang S1 dengan jurusan Teknik Kimia di UI. Setelah menjadi alumnus ‘Kampus Perjuangan’, Tasya memulai perjalanan karirnya di sebuah bank swasta. Dia merasa, apa yang dijalaninya hingga kini merupakan bentuk keberuntungan yang dia raih dari kerja kerasnya.
Oleh karena itu dia sadar, keberuntungan kecil sekalipun, sesungguhnya merupakan hasil dari usaha dan kerja keras. Itupula yang mendorongnya belajar untuk lebih mengapresiasi pencapaian dan selalu mempersiapkan diri untuk hal yang akan datang.
Untuk hal yang satu ini Tasya pun mengatakan dengan lugas “I am looking for the opportunities to develop in both academics and non-academics, give my best contribution, and always responsible for every task i undertake”.
Yang artinya “Saya mencari kesempatan untuk berkembang baik di bidang akademik maupun non akademik, memberikan kontribusi terbaik saya, dan selalu bertanggung jawab dalam setiap tugas yang saya jalani.”
Tasya pun terkenang akan sosok ayahnya yang telah tiada. Apa yang dia lakukan ini, didedikasikannya untuk sang ayah.
Asanya pun terbilang sedehana yakni dia ingin sekali sang ayah tersenyum bangga melihat putrinya dapat mengejar cita-citanya.
Kini, setelah dinyatakan sebagai peraih Beasiswa Prestasi PHR S2, Tasya memilih untuk berkuliah di Texas A&M University dengan jurusan Master in Science Chemical Engineering.
Dia berharap semuanya lancar dan bisa menyerap ilmu yang diberikan. Perempaun murah senyum itu pun berjanji akan kembali ke Riau. Ya, untuk mengabdi di tanah leluhur dan negara yang dicintainya, tentunya.
Menyusul keberhasilan dua putri Riau ini meraih beasiswa penuh itu, selain mengucapkan selamat Direktur Utama PT PHR Chalid Said Salim berharap ilmu yang akan diperoleh selama perkuliahan di Amerika Serikat dapat diserap dengan baik, dan berkomitmen untuk kembali dan mengaplikasikannya di Indonesia.
Lebih lanjut Chalid mengatakan, program beasiswa Prestasi ini merupakan salah satu ikhtiar PT PHR dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, khususnya Riau. Ya, manajemen sadar, perlu adanya upaya dalam menciptkakan dan meningkatkan kualitas SDM yang unggul di Riau, khususnya dalam bidang energi.
Dia pun berharap, melalui program ini akan hadir SDM Riau yang berkualitas dan siap bersaing di kancah global dan memberikan baktinya untuk negeri.
Sementara Presiden Direktur Pertamina Foundation Agus Mashud S Asngari mengapresiasi usaha Tasya dan Bunga yang berhasil meraih program beasiswa PHR tersebut.
Dia pun memberi ucapan selamat kepada para orang tua peraih beasiswa atas prestasi membanggakan yang ditoreh buah hati mereka.
Agus Mashud S Asngari mengingatkan bahwa mereka tidak hanya membawa nama baik dirinya tetapi juga kebanggaan bangsa dan negara. Karena penerima beasiswa PHR adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan negara untuk mewujudkan Riau dan Indonesia menjadi negara maju di masa mendatang.
Sebelumnya Corporate Secretary PT PHR Rudi Ariffianto berharap, keduanya mampu memanfaatkan beasiswa yang diberikan dengan membawa hasil yang maksimal, mulai dari prestasi dan relasi untuk menunjang pembangunan negeri ini.
Selain kebanggaan bahkan representasi PT PHR dan Riau. Jadi seyogianya mereka tidak menyia-nyiakan beasiswa yang diraih itu. Bawa prestasi dan bangun relasi dengan banyak orang hebat di sana untuk pengembangan diri.
Dengan begitu, mereka dapat kembali ke Riau dan siap untuk menjadi agen pembangunan negeri ini.
Jika Ketua Kadinda Dumai Zulfan Ismaini SH salah mengusulkan adanya penambahan jumlah penerima bea siwa maka pengamat ekonomi Riau Annora Arsan SE berpendapat PT PHR proaktif menggelar acara semacam kuliah umum kepada sejumlah Perguruan Tinggi (PT) yang ada di Riau.
Selain memberikan kuliah umum dengan menghadirkan pekerja PT PHR sebagai nara sumber atau kalangan akademis nasional tidak ada salahnya juga mendatangkan motivator handal.
Dia menilai langkah ini perlu untuk menambah bekal bagi mahasiswa Riau. Sehingga sangat membantu mereka saat menamatkan jenjang pendidikan dan terjun ke masyarakat.
Perbanyak Magang
Untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) Riau handal maka PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan sejumlah program salah satunya membuka kesempatan magang kerja angkatan (batch) ke-5 bagi putra-putri Riau lulusan S1, D4 atau D3. Pendaftaran program magang kerja PHR dibuka pada 3-9 Juli 2024.
Corporate Secretary PT PHR Rudi Ariffianto mengatakan, program magang kerja yang telah berjalan sejak tahun 2022 ini memberikan banyak manfaat bagi peserta. Selain dapat pengalaman mengenal dunia kerja, program magang ini juga mampu memberikan keterampilan dalam meningkatkan daya saing para peserta di dunia kerja.
Ya, program magang kerja PHR ini akan berlangsung selama 6 bulan dengan penempatan di Riau dan Jakarta. Setelah mengikuti program magang kerja ini, para peserta mendapatkan kesempatan dan bekal yang cukup untuk lebih berkembang sekaligus memiliki daya saing yang tinggi di dunia kerja sesuai latar belakangnya masing-masing.
Rudi menambahkan, program magang kerja ini terbuka bagi putra dan putri Riau. Nantinya, peserta yang lolos seleksi akan ditempatkan di Riau dan Jakarta sesuai dengan pilihan formasi yang dibuka.
Adapun persyaratan penempatan magang di Provinsi Riau, calon peserta harus kelahiran atau domisili atau asal perguruan tinggi dari Riau. Sedangkan untuk penempatan magang di Jakarta terbuka untuk umum, berasal dari perguruan tinggi dan domisili seluruh Indonesia.
Program magang kerja PHR dapat diikuti oleh lulusan S1, D4 dan D3 dibuktikan dengan ijazah atau Surat Keterangan Lulus (SKL), IPK minimal 3.00 dan belum bekerja. Peserta lulus dari perguruan tinggi dengan akreditasi minimal B atau baik sekali.
Selain itu, peserta yang lolos bersedia ditempatkan di seluruh Wilayah Kerja (WK) Rokan PT PHR, sesuai dengan lokasi magang yang dipilih para peserta (Riau atau Jakarta, red).
Peserta Program Magang Kerja PHR akan mendapat benefit berupa uang saku, BPJS kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan dan sertifikat.
Sebelumnya VP Corporate Affairs PT PHR Wilayah Kerja (WK) Blok Rokan Sukamto Tamrin mengatakan bahwa program magang merupakan peluang bagus bagi anak-anak dari Riau untuk belajar dan merasakan langsung pengalaman magang kerja di perusahaan sekelas PT PHR.
Ditambahkannya melalui program ini, PT PHR ingin turut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas dan keterampilan SDM lokal Riau.
Dalam proses penjaringan dan seleksi calon peserta, PHR WK Rokan bekerja sama dengan Pusat Pengembangan Karir dan Kewirausahaan (P2K2) Universitas Riau (Unri). Peserta terpilih ditempatkan di berbagai tim sesuai dengan kebutuhan PHR WK Rokan dan latar belakang pendidikan masing-masing peserta.
Program magang bekerja ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing di bidang atau pilihan karier para peserta kelak, baik itu di dunia kerja maupun wirausaha.
Program ini sekaligus dapat mendukung Pemerintah Daerah (Pemda) dalam meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal guna mendorong tingkat kemandirian masyarakat.
Selain program ini, PT PHR WK Rokan juga menjalankan Program Magang Mahasiswa Bersertifikat (PMMB), sebuah program terobosan link and match antara dunia pendidikan dan dunia industri yang digagas Kementerian BUMN dan Forum Human Capital Indonesia (FHCI).
PT PHR WK Rokan juga membuka kesempatan bagi para mahasiswa untuk melakukan Kerja Praktik (KP) dan Tugas Akhir (TA) sesuai ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
Menyusul langkah ini, pemerhati energi dan pembangunan Riau Bambang Irawan ST berpendapat apa yang dilakukan PT PHR sudah tepat dengan jalan meningkatkan jumlah magang kepada pemuda atau mahasiswa di Riau.
Selain magang, dia berharap perusahaan itu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa atau siswa di SLTA untuk "berguru" melalui study tour -Sekedar informasi catatan penulis PT PHR beberapa waktu lalu menerima kunjungan sejumlah SMK dari Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai.
Dengan adanya kegiatan semacam itu, sambung alumni salah satu universitas papan atas di Yogyakarta ini, diharapkan akan mengurangi gap atau jurang antara dunia pendidikan dengan industri. Sebaliknya, keberadaan PT PHR seyogianya dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh civitas akedemis di Provinsi Riau dalam kerangka meningkatkan wawasan serta transformasi nilai-nilai positif. Diantaranya profesionalitas, komitmen, dedikasi dan sebagainya.
Lebih jauh Bambang berpendapat setakat ini terdapat gap atau jurang pemisah antara dunia pendidikan dan industri notabene tak jarang ketika seorang mahasiswa menamatkan kuliahnhya mereka bingung saat memasuki dunia industri.
Oleh karena itu, tak jarang saat lowongan kerja dibuka sebuah perusahaan mencantumkan memiliki pengalaman sekian tahun. Ini wajar mengingat dunia industri membutuhkan tenaga kerja siapa pakai dalam kerangka efisiensi. Sebab, kalau mengikuti pelatihan dan sebagainya tentu ini mengeluarkan cost atau biaya yang ditanggung pemberi kerja.
Belajar dari hal itu, salah satu solusi memperpendek jurang antara dunia pendidikan dengan industri yakni pemuda dan mahasiswa harus banyak atau proaktif mengikuti magang, seminar, study tour dan sebagainya dalam kerangka meningkatkan kemampuan diri, wawasan dan pemgetahuan.
Dia pun mengimbau perusahaan lainnya yang beroperasi di Riau untuk bersikap proaktif dan bergandengan tangan dengan citivitas akademik. Dengan jalan memberikan seluas-luasnya kepada pemuda atau mahasiswa apakah itu melalul pelatihan, magang, kunjungan kerja dan sebagainya.
Ya, salah satu pelajaran berharga dari tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki mengukuhkan pendidikan menjadi pintu emas bagi kemajuan sebuah bangsa.
Pentingnya pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa sebuah keniscayaan. Ya, tragedi kemanusiaan bom atom di Kota Hiroshima-Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 menjadi bukti dan sejarah kontemporer yang jejak rekam digitalnya mudah ditemukan.
Dua bom maut yang diciptakan Julius Robert Oppenheimer melalui proyek Manhattan meluluh lantakan kedua kota di negeri matahari terbit itu. Jumlah korban tewas pun ratusan ribu.
Syahdan pasca dua bom yang dibawa pesawat B 29 ini dijatuhkan. Pertanyaan kali pertama keluar dari bibir Kaisar Hirohito yaitu”Berapa jumlah guru yang tersisa?” Bukan berapa bangunan yang rusak, misalnya.
Mendengar pertanyaan ini sontak para jenderal menjawab dengan tegas kepada Kaisar bahwa mereka mampu menyelamatkan dan melindungi kaisar tanpa bantuan guru.
Mereka heran mengapa sang kaisar justeru mempertanyakan tentang jumlah guru bukan kondisi kemiliteran mereka. Kemudian Kaisar Hirohito menjelaskan kepada mereka bahwa Jepang telah jatuh dan hal itu karena mereka tidak belajar. Jepang memang kuat dari segi persenjataan dan strategi perang.
Tapi nyatanya mereka tidak mengetahui bagaimana cara membuat bom yang dahsyat seperti yang telah membumi hanguskan dua kota di Negara itu.
Kaisar berpendapat kalau warga yang selamat berikut generasi selanjutnya tidak dapat belajar melalui pendidikan, bagaimana mungkin mereka akan mengejar ketertinggalan mereka dan move on dari kondisi itu.
Mendengar penjelasan tersebut, maka akhirnya dikumpulkanlah sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok negeri. Alih-alih jumlah guru yang tersisa pada saat itu kurang lebih 45.000 orang.
Kaisar Hirohito dengan penuh harapan mengatakan kepada seluruh pasukan dan juga rakyat Jepang bahwa kepada gurulah melalaui pengajaran dan pendidikan mereka akan bertumpu dan bangkit bukan kepada kekuatan pasukan atau militer.
Hal ini menunjukkan betapa bernilainya pendidikan di mata Kaisar. Momen ini pulalah yang menjadi tonggak kebangkitan Jepang sehingga menjadi salah satu negara maju hanya dalam kurun waktu 20 tahun.
Ini sekaligus mematahkan pendapat sejumlah kalangan bahwa paling tidak negeri matahari terbit itu membutuhkan waktu kurang lebih 50 tahun untuk bangkit kembali.
Namun prediksi itu tidak tepat, bangkitnya Jepang justeru kurang dari 20 tahun, kok bisa? Ya, bagi sebagian besar rakyat Indonesia tentu tidak asing lagi dengan nama Bemo singkatan dari becak motor.
Di Negara asalnya Bemo diproduksi Daihatsu diberi nama Midget. Ternyata Daihatsu Midget ini memiliki arti kerdil, karena memang desainnya cukup mungil. Sementara bagian depan sedikit moncong ke depan mirip bajaj.
Ya, kendaraan dimasa keemasan menjadi transportasi andalan disejumlah kota besar di tanah air. Siapa sangka kendaraan roda tiga dengan bunyi khas itu lahir pada tahun 1957 dari pabrik otomotif asal Jepang atau 12 tahun pasca tragedi kemanusiaan Hiroshima dan Nagasaki.
Bisa dikatakan pendidikan juga menjadi eskalator yang membuat status sosial dan ekonomi seseorang berpindah dari bukan siapa-siapa menjadi manusia yang memiliki peran dan berpengaruh dimanapun mereka berada.
Pentingnya pendidikan dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan rakyat membuat Negara hadir, dalam hal ini PT PHR sebagai kepanjangan tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ya, kehadiran Negara dalam bidang pendidikan berikut turunannya merupakan amanat konstitusi terlebih dalam pembukaan UUD 1945 (preambule) karena salah satu tujuan Negara Indonesia berdiri yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tidaklah berlebihan berkah dibalik kehadiran industri hulu Minyak dan Gas (Migas) PT PHR, misalnya, melalui peluang dan kesempatan beasiswa, magang dan sebagainya harus dimanfaatkan maksimal oleh talenta muda Bumi Lancang Kuning. Ya, kalau bukan kita yang mengubah nasib lalu siapa ?.***