PILIHAN +INDEKS
Gedung LPTQ Bukit Timah Diresmikan
Dibaca : 78 Kali
KPPBC Dumai Umumkan Lelang Eksekusi Pajak Terhadap Barang Bergerak
Dibaca : 83 Kali
''Semestinya Sebagai Walikota, Paisal Geser Kedudukan drg Ridhonaldy Dari Jabatan Direktur RSUD Dumai''

Dumai (Lineperistiwa.com) - Aksi mogok kerja kembali dilakukan awak medis dan perawat RSUD Kota Dumai, seperti diketahui terjadi mogok pada Selasa (20/04/2021). Aksi yang berawal sekitar pukul 08.00 Wib dan berakhir pada pukul 10.00 Wib, dan jika tidak salah ini aksi ke 2 (dua) setelah sebelumnya pernah terjadi beberapa waktu lalu. Meski hanya terjadi sekitar 3 (tiga) jam namun tak pelak aksi tersebut sempat membuat beberapa warga yang keluarganya sangat membutuhkan pelayanan medis di RSUD Kota Dumai meradang sehingga sempat terjadi keributan dengan Securiti.
Semenjak drg. Ridhonaldy menjabat sebagai Direktur RSUD Dumai peristiwa yang sangat merugikan masyarakat atau pasien yang ingin memperoleh pelayanan medis di RSUD Dumai tersebut sepertinya bukan yang pertama. Kejadian ini sudah yang kedua kali, lumpuhnya pelayanan kesehatan di rumah sakit milik Pemerintah Kota Dumai pernah terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya 28 Januari 2020 silam. Hebatnya aksi mogok terjadi hanya saat jabatan Direktur RSUD dipegang drg. Ridho, saat yang lain menjabat sepertinya belum ada kejadian langka tersebut.
Seperti diberitakan beberapa media selang beberapa jam setelah kejadian aksi mogok tenaga medis dan perawat adanya "mosi tidak percaya" terhadap kepemimpinan drg. Ridhonaldy atau akrab disapa dr Ridho. Ketidakpercayaan itu tertuang dalam surat yang di tandatangani ketua Komite Medis Indrawan Sp.B dan ketua Komite Keperawatan Ns Rika Widyana S.Kep M.Kep yang di tujukan kepada Walikota Dumai H Paisal SKM MARS tertanggal 16 April 2021 namun sepertinya tidak mendapat tanggapan sehingga terjadi aksi mogok.
Sebagaimana informasi dihimpun awak media ada 3 (tiga) poin mosi tidak percaya oleh Komite Medis dan Komite Keperawatan. Pertama, Komite Medis dan Komite Keperawatan merasa tidak mendapatkan perlindungan keamanan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD Kota Dumai dari intimidasi pihak luar, seperti yang terjadi pada kasus IRNA C dan IRNA B.
Kedua, sarana dan prasarana Rumah Sakit yang belum mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan yang sesuai SOP, seperti alat kesehatan yang rusak, jumlah alat kesehatan yang kurang, obat-obatan yang tidak lengkap dan lain sebagainya. Terakhir atau ketiga adalah buruknya komunikasi pihak manajemen dalam penyelesaian masalah di Rumah Sakit (RS).
Terkait aksi mogok awak medis dan keperawatan RSUD Dumai, menarik salah satu tokoh Dumai angkat bicara, kepada media ini Rabu (21/04/2021) Ahmad Maritulius, SE sampaikan rasa keprihatinan atas apa yang telah terjadi. Berharap agar peristiwa serupa tidak terulang, karena RS tempat semestinya harapan bagi siapapun yang menderita penyakit untuk mendapat perawatan agar memperoleh kesembuhan setelah di tangani tim medis.
"Entah apa kata yang pantas dikatakan terkait kejadian di RSUD semalam, pastinya miris dan memprihatinkan, bayangkan masyarakat yang menderita sakit dan mereka datang ke RS ingin berobat agar mendapat kesembuhan tau-taunya sesampai disana dr dan perawat tidak melayani di akibatkan adanya aksi mogok tentu kejadian ini sangat konyol sekali, semestinya apapun alasan pelayanan tidak boleh di hentikan, karena beresiko dan untung saja tidak ada kejadian fatal terjadi". ungkap pria yang kini menjadi Ketua Reformasi Masyarakat Dumai (KRMD).
Lanjutnta "Meski tidak ada kejadian fatal terjadi namun kejadian ini harus ada yang bertanggungjawab, apalagi ini kedua kali, semestinya Direktur yang harus menjadi sorotan, terlebih point ketiga dalam tuntutan adalah buruknya komunikasi oleh manajemen RSUD dalam menyelesaikan setiap persoalan yang ada, nah selaku orang nomor satu di RS milik Pemko tersebut sosok drg. Ridho sepantasnya menjadi pihak paling bertanggungjawab, apapun alibi kelak di utarakannya". papar Lius serius.
"Pada kejadian ini semestinya Walikota Dumai, Paisal, SKM. MARS langsung turun tangan dengan bertindak cepat dan tepat dengan memanggil drg. Ridho untuk menanyai kejadian tersebut. Jika perlu copot posisinya sebagai Direktur RSUD, jangan sampai pelaksanaan program kerja 100 hari tercoreng di mata masyarakat Dumai terutama Bidang Kesehatan, karena menyangkut nyawa pasien itu sangat fatal, ditangani saja belum tentu tertolong apalagi jika ada unsur kesengajaan seperti mogok semalam, tentu tidak bisa di tolerir apapun alibinya kelak". dalihnya tegas.
"Walikota Dumai H Paisal SKM MARS ketika di konfirmasi awak media beberapa waktu lalu, menyarankan agar masalah "mosi tidak percaya" terhadap kepemimpinan Direktur RSUD, drg. Ridhonaldi itu diselesaikan secara internal. "Itu masalah internal, Direktur yang harus menyelesaikannya, komunikasi saja antara manajerial dengan tenaga fungsional". tulis H Paisal singkat.
"Jika itu jawaban Walikota seperti di katakan awak media, dan kebenarannya dapat dipercaya maka komitmen dan ketegasan Paisal terhadap polemik terjadi layak di pertanyakan. Apakah mesti terjadi aksi demo jilid lll atau masyarakat ikut berdemo ke RSUD agar kejadian serupa tidak terulang. Tentu tidak seperti harap kita, namun semua tergantung H Paisal selaku Walikota untuk menyikapi, dan keputusan ada di tangan beliau kita lihat saja nanti sikapnya terkait peristiwa yang telah terjadi". imbuhnya.
"Walikota sendiri pernah menjabat sebagai Direktur RSUD, sepertinya tidak pernah ada persoalan internal mencuat ke publik. Apalagi sampai melakukan aksi mogok segala, begitupula dengan Direktur sebelumnya, pastinya Paisal selaku Walikota yang menjabat belum 100 hari tahu persis kondisi di RSUD, itu tadi pernah memimpin disana, karenanya harus bijak menyikapi. Apalagi pemberitaan terkini beragam narasi mencuat ada yang katanya berbau politis di tunganggi bahkan Wartawan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ikut terciprat karena nama mereka juga ikut disebut-sebut sebagai salah satu pemicu". tutupnya.
Sepertinya RSUD Dumai akhir-akhir ini kerap dirundung masalah, masih segar dalam ingatan Senin 08 Maret 2021 kemarin, pasien bernama Septia Agil Rainanda (9) seorang anak warga Sungai Sembilan Kota Dumai ini nyawanya tak dapat tertolong lagi diduga karena berbelit-belitnya pelayanan yang ada di RSUD Dumai. Saat itu dikutip dari beberapa media pihak yang dijadikan "kambing hitam" adalah supir Ambulance yang katanya tidak ada di tempat ketika akan di lakukan rujukan ke salah satu RS yang ada di Pekan Baru, nah kali ini siapa lagi kira-kira yang harus di persalahkan, namun yang pasti nama Wartawan dan LSM sudah di sebut-sebut dalam pemberitaan.***(Red)
BERITA LAINNYA +INDEKS
Ketua DPRD Rohul Pimpin Rapat Paripurna Penetapan Bupati Dan Wakil Bupati Terpilih 2024
Rokan Hulu (Riau), LPC Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupat.
Letkol Inf Antony Triwibowo Melaksanakan Rangkaian Kegiatan Sempena HUT TNI ke 78
Kota Dumai (Riau), LPCDandim 0320/Dumai Letkol Inf Antony Triwibowo Melak.
Sebelum Kegiatan, Satgas TMMD ke 118 Bengkalis Laksanakan Briefing dan Doa Bersama
Bengkalis (Riau), LPCSebelum memulai pekerjaan, seluruh personel yang ter.
Pengerjaan Sasaran di TMMD ke 118 Bengkalis Mulai Menampakkan Hasil
Bengkalis (Riau), LPCProgres sejumlah pekerjaan fisik sempena program TNI.
Sertu Sugianto Laksanakan Komsos Guna Mencegah Karhutla
Kota Dumai (Riau), LPCBabinsa Kelurahan STDI, Sertu Sugianto, yang bertug.
Serka Aslim Lubis Berikan Sosialisasi Terkait Pencegahan Karhutla
Kota Dumai (Riau), LPC Serka M. Aslim Lubis, seorang Babinsa yang be.
TULIS KOMENTAR +INDEKS