Maraknya Wartawan Abal - Abal Jadi Masalah Baru Bagi Masyarakat

Pekanbaru (Riau), Lineperistiwa.com - Direktur Utama, Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC), Drs. Wahyudi El Panggabean, MH, meminta segenap pemimpin redaksi media berita di tanah air agar berhati-hati mengeluarkan "kartu pers".
“Sebab, pemberian 'kartu pers' atau KTA (Kartu Tanda Anggota) bagi yang belum pernah menjalani pendidikan wartawan, adalah tindakan berbahaya,” kata Wahyudi di Pekanbaru, Jumat (24/11) siang.
Menurut pengamatannya, salah satu pemicu maraknya aktivitas wartawan "abal-abal" di tanah air, justru kemudahan beroleh KTA ini.
Merupakan hal yang mustahil, yang jelas, seseorang yang tidak paham dengan kode etik jurnalistik misalnya, bisa menjalankan profesi wartawan secara profesional.
“Padahal, profesionalisme merupakan syarat dasar menjalankan profesi wartawan sebagaimana diamanahi Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik Indonesia,” kata penulis buku-buku jurnalistik itu.
Maraknya aktivitas jurnalis kontra-profesional ini jelasnya, menjadi peluang besar terjadinya konflik di tengah masyarakat.
Publik yang seyogianya berharap banyak kepada masyarakat sebagai penyaji informasi kebenaran, selanjutnya, dengan aktivitas wartawan abal-abal ini, justru jadi masalah baru bagi masyarakat.
“Yah, seharusnya wartawan 'kan berburu dengan' senjata' yang dipunyainya. Tetapi jika dia tidak paham menggunakan 'senjata informasi'-nya, bisa-bisa dia 'menembak' narasumbernya,” katanya.
“Yang pasti, konsekuensi dari penyimpangan ini akan merugikan masyarakat,” ungkap Wahyudi.
Segala upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme pun, demikian Wahyudi, dinilai akan percuma, jika arus deras yang menjadi sumber wartawan abal-abal ini tidak segera dibendung.
“Kita cermati data eskalasi jumlah wartawan tanah air sudah di atas angka 140 ribu. Dengan pertambahan angka ribuan setiap tahun,” kata Wahyudi.
Berharap dengan program Uji Kompetensi Wartawan (UKW) dinilai pesimis, jika arus deras lahirnya "wartawan karbitan" ini tidak diantisipasi.
"UKW itu 'kan, bersifat menguji. Bukan melatih. Itupun sangat tidak sebanding antara yang sudah lulus UKW (sekitar 20 ribu - red) dengan pertambahan wartawan baru," katanya.
Wahyudi juga mengajukan dua alternatif. Kesatu, setiap pemimpin redaksi perlu mempertimbangkan dengan cermat sebelum menerbitkan kartu pers atau KTA.
“Paling tidak, bagi calon wartawan, dia bisa lebih dulu menunjukkan sertifikat pelatihan jurnalistik. Atau diuji menulis berita,” tegas Wahyudi.
Kedua, lanjut Wahyudi bagi pihak-pihak yang terlanjur "memegang" kartu pers, harus segera mengikuti pelatihan jurnalistik agar paham ilmu jurnalistik.
“Minimal pendidikan jurnalistik tingkat dasar,” katanya.(PJC/***Ronggur.G)
Lewat Komsos, Babinsa Hidupkan Kembali Semangat Pancasila di Kampung Pancasila Merbau
Bengkalis (Riau), LPCDalam menghadapi arus modernisasi dan perubahan sosi.
Cegah Sebelum Terbakar, Babinsa Ingatkan Warga Pulau Merbau Waspadai Api Kecil yang Mematikan
Bengkalis (Riau), LPCAncaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terus m.
Semarak HUT ke-80 Korps Brimob Polri, 24 Tim Pelajar Se-Pematangsiantar dan Simalungun Adu Taktik di Turnamen Bola Voli
Pematang Siantar (Sumut), LPCLapangan Kompi 2 Batalyon B Satuan Brimob Po.
Patroli Karhutla Jadi Upaya Babinsa Bangkitkan Kesadaran Masyarakat Tasik Putri Puyu
Bengkalis (Riau), LPCUntuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan .
Kampung Pancasila Jadi Contoh Sinergi Babinsa dan Warga Teluk Belitung
Bengkalis (Riau), LPCBabinsa Koramil 06/Merbau, Serda Syahrul Ismail, men.
LSM KOREK RIAU Klarifikasi dan Bantah Pemberitaan Dugaan Korupsi Dana BOS di SMA Negeri Rohul
Rohul (Sumut), LPC Menanggapi pemberitaan yang beredar di sej.