Nasib Kelas Jauh SMAN 1 Rokan IV Koto Hidup Segan Mati Tak Mau

Rabu, 30 Maret 2022

Rohul (Riau), Lineperistiwa.com

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 1) Rokan IV Koto yang terletak di Sungai Kijang Desa Cipang Kiri Hulu kini kondisi tampak  memprihatinkan. Bahkan proses belajar mengajar disekolah itu dilaksanakan dengan fasilitas seadanya. Jangankan ada jaringan Wi-Fi, kalaupun ada hilang-hilang timbul.

Tidak ada yang dapat dibanggakan di sekolah itu kecuali udaranya masih sejuk, masih bebas polusi dan jauh dari kebisingan.

Sepertinya kehadiran sekolah itu turut  mewarnai bila di era digital ini keberadaannya bak hidup segan mati tak mau.
Tapi melihat semangat beberapa pengajar di sekolah itu tidak jauh dengan tenaga pengajar sekolah tingkat atas lainnya di kabupaten Rokan Hulu.
Semangat mencerdaskan anak-anak negeri tampak terus dipacu, sekalipun kenyataan masih banyak tenaga pengajar di negeri ini semasa jadi tenaga honor dedikasinya sangat tinggi tetapi setelah diangkat jadi ASN sibuk mengurus pindah ketempat yang nyaman dan bebas tantangan. Mungkin itu yang membuat SMAN 1 Rokan IV Koto tidak banyak dilirik tenaga pengajar disana.
Disamping letaknya jauh dipedalaman dan bahkan banyak orang tua di Rokan IV Koto tidak mendukung anak-anak mereka untuk melanjutkan ke SMAN 1 karena keadaan sekolah dianggap kurang mendapat perhatian pemerintah.
Tidak heran banyak anak-anak lebih memilih  melanjut SMA di Kota Pekanbaru karena dianggap mutu dan kualitasnya jauh lebih baik.
Terbukti, jumlah muridnya bisa dihitung dengan jari tangan termasuk fasilitas sekolah, mulai dari papan tulis yang digunakan tidak layak pakai, kursi yang sudah patah di ikat-ikat  dengan karet ban bekas, meja yang diletakkan dilantai dan tanpa rak buku.

"Saat ini, kelas jauh SMAN 1 Rokan IV Koto hanya memiliki 3 lokal", ujar seorang warga yang rumahnya berdekatan dengan SMAN 1 Rokan IV Koto.

Menurut salah satu sumber yang bisa dipercaya, kehadiran Sekolah Kelas Jauh SMAN 1 Rokan IV Koto ini sudah berdiri lebih kurang 5 (lima) tahun dan sudah manamatkan 2 angkatan alumni namun minim dari perhatian pemerintah.

Dan ada pula warga yang menduga, sekolah yang namanya pernah kesohor karena tidak jauh dari lokasi itu akan dibangun pabrik semen merah putih berskala nasional. Tapi karena adanya penolakan dan kepentingan yang tidak sejalan dengan pemerintah pusat, sebutan nama pabrik itu lenyap terbang dibawa angin seperti lenyapnya beragam berita kehancuran hutan di Rokan IV Koto yang kini sudah disulap menjadi perkebunan sawit.
Tapi siapapun tidak menduga, rasa peduli perusahaan membantu memajukan dunia pendidikan disekitarnya masih jauh panggang dari api. Lihat saja fasilitas SMAN 1 diaman kursi, meja, papan tulis dan yang lainnya semua sudah tidak layak pakai.

"Pernah celana dalamku robek kejepit di kursi tua sekolah itu", ketus seorang alumni SMAN 1 sedikit bercanda yang saat ini melanjutkan pendidikan  di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Pekanbaru.

Lebih parah lagi, tenaga pengajar tersebut dikatakan tidak terdaftar di Dapodik Dinas Pendidikan. Padahal, Data Pokok Pendidikan (Dapodik) adalah sistem pendataan skala nasional yang terpadu dan merupakan sumber data utama pendidikan nasional yang merupakan bagian dari program perancanaan pendidikan nasional dalam mewujudkan insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif.

Kepala Dinas Pendidikan kabupaten Rohul Margono ketika dikonfirmasi lewat telepon selulernya (Rabu, 30/3/2022) apakah benar tidaknya tenaga pengajar di SMAN 1 tidak terdaftar di Dapodik mengatakan, "itu sekolah dibawah naungan Provinsi. Kami hanya sebatas memberikan informasi saja. Kecuali Sekolah TK, SD dan SLTP,  saya lagi rapat pak,  nanti saya hubungi lagi", ujarnya singkat.

Sangat diharapkan, Pemerintah Provinsi Riau melalui instansi terkait agar dapat memperhatikan nasib guru dan tenaga pengajar serta fasilitas sekolah yang jauh dari layak pakai.

Karena semua tenaga pengajar juga berhak mendapat perlakuan yang sama seperti sekolah-sekolah yang ada di bumi seribu suluk ini. (***Ronggur.G)